Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Saturday, June 28, 2014

Infinity: Bab 4 Ingatan yang diringkas #4 ( jilid 1 )

Share
“ Kasuhi, benarkah kamu tidak ingat! ”

Aku bertanya seraya menggoyang goyangkan tubuh kasuhi ke kanan dan ke kiri.

“ Ehhhh…. Aduuhh pusing.. .”

 Kasuhi hanya berlagak bodoh dan tidak serius dengan pertanyaanku.
Aku dan kasuhi sekarang sudah didalam bis wisata. Kami duduk sebaris. Setiap baris tempat duduk kami ada 2 orang. Ada juga yang tiga orang di bagian kanan kami. Bis kami berseri AB. Sekolah kami menyewa 4 bis untuk keberangkatan siswa kami. Yaitu bis CD , EF , GH dan terakhir bis kami AB. Semua sama. Di isi dengan 65 murid di setiap bis.

Bisnya tidak terlalu bagus. Interiornya nya tidak rapi. Catnya kebanyakan mengelupas. Walaupun begitu semua orang terlihat senang karena wisata kali ini.

Tempat duduk kami diatur rapi oleh coordinator bis kami. Dan coordinator bis kami adalah katsu. Sejak kejadian itu aku gelisah dan ingin menanyakan langsung pendapat katsu tentang kejadian ini. tapi katsu terlihat sibuk mengkoordinsai kami. Itu mungkin juga yang mumbuat katsu terlambat menghadiri pengarahan. Atau juga itu hanya khayalanku karena mereka tidak pernah telambat menghadiri pengarahan.

Tadi sempat terjadi kejadian yang agak mengejutkan dari sopir bis dan TL kami. Mereka menanyakan list absensi kelompok kami kepada katsu yang sedang mengabsensi kami. Tapi itu tidak terlalu penting karena sekarang kita sudah berjajar rapi menunggu keberangakatan bis. Bis akan berangak pukul 08.30 AM.   

“ Hei mau cemilan ? . ” sehempas suara membuat lamunan ku hilang berserakan di dalam bis. Dia adalah Mona. Mona adalah perempuan paling nyentrik di bis ini. Penampilan dan gaya bicaranya mirip artis 20 an. Walaupun begitu dia sangat baik terhadap teman temanya. Dia bukan tipe orang yang memiliki sifat sombong karena wajahnya yang cukup manis. Dia dermawan terhadap apapun yang dia miliki. Terutama pasokan makanan seperti saat ini.

“ Eeee.. “ aku tidak bisa menjawab langsung. Entah kenapa aku masih gelisah.

“ Biar aku saja ! aku Laparrrrrrrrrr.. “ kasuhi membuat muka yang bodoh lagi ketika mengatakan lapar di depan mona.

Mona tertawa kecil sambil menyerahkan cemilanya.

“ Stoop…” suara lain ikut bergabung dalam pembicaraan ini. Terlihat sumber suara memperlihatkan wajahnya untuk mengintip kami yang ada di belakang kursinya.
Dia Manda. Teman satu baris Mona. Wajahnya seram walau dia itu permpuan. Bukan mirip laki laki. Pandangannya sinis terhadap laki laki. Itu yang membuatnya terlihat seram.

“Akhhhh Manda.” Kasuhi terkejut melihat Manda. Wajahnya membiru seperti orang yang menahan nafas. Posisi tubuhnya merosot kebawah sesuai pergerakan Manda yang semakin tinggi mengangkat badanya.

“ Dia beracun.” Manda mengacungkan tanganya kearah Kasuhi langsung.
Badan kasuhi semakin merosot diantara tempat duduk.

“ Kau, jangan sembarangan memberikan makan ke orang lain yang tidak kau kenal.” Manda mendekatkan wajahnya ke wajah Mona.
Mona hanya tersenyum kecil terpakasa.

“ HeHHH kalian lupa kepada ku.” Kasuhi langsung berdiri tegak kembali setelah celotehan Manda menyentuh telinganya.

“ HaH lalu kau siapa ? .” Manda semakin kejam terhadap kasuhi.

“ GzzZZ dasar nenek buram.” Kasuhi mengatakan kata terlarang langsung ke hadapan Manda.

“ Ap— “ Dahi manda mengeluarkan kerutan tanda dia marah besar. Seketika dia menarik baju kasuhi dan membentur benturkan tubuh kasuhi ke bagian kursi yang ada di depanya.
Keramaian ini tidak hanya terjadi di baris kami saja. Semua terlihat senang dan bahagia dengan wisata ini. mereka membicarakan kesukaan , game film dan lain lain. Ada juga yang bermain remi dan catur magnet ketika menunggu bis ini. Merka terlihat menikmati keadaan ini. Mungkin hanya aku saja yang terlihat gelisah. Seharusnya aku berperilaku biasa dan menikmati wisata ini.

Aku ingat.

Ini tidak akan terjadi lagi minggu depan, bulan depan ,tahun depan dan bahkan ketika kau kerja nanti.
Aku menghirup nafas panjang yang kini udaranya tercampur oleh AC bus. Aku melihat ke kaca bus dan memeperhatikan tatanan langit yang menutupi matahari terlihat biru dan menyejukan.

Sudalah…

Aku mengatakannya dalam-dalam kedalam hatiku dan mencoba tenang untuk sesaat.

“ Woe kau tidak makan  .” Tiba tiba Manda menawari ku cemilan.

“ KENAPAAA !!! “ Kasuhi marah karena hanya aku yang di tawari makanan.
Mereka berdua saling membenturkan kepala seperti anak kecil yang sedang bertengkar. Aku tertwa kecil lega melihat mereka.

« Benar, wisata bersama teman teman ini adalah hal yang sangat penting untuk ku. Aku harus gembira bersama mereka  ».


                                                                            ✵



“ Pak AC nya bocor.”

Salah seorang murid meneriaki seorang kondektur bus yang berkerja sebagai TL di dalam Bus. Dia bernama pak gardu. Pak gardu selain bertugas sebagai seorang TL di dalam bus dia juga bertugas sebagai perawatan dan pembersihan bagian-bagian bus terutama di bagian AC yang sering bocor.

“ akh jadi dingin.”

Aku menggosokan telapak tanganku untuk mengurangi rasa dingin. Saat ini pukul 09.50 AM. Bis sudah berangkat sekitar 1jam 20 menit yang lalu. Seharusnya perbandingan suhu di luar bis dan di dalam bis bisa membuat stimulasi hangat yang cukup nyaman. Tapi karena AC sedang bocor kali ini. Udara di dalam bis sangat menusuk di seluruh bagian tubuhku.

“Eh… dek tolong titip.”

Pak gardu menitipkan Koran barunya ketika dia sedang memperbaiki kebocoran AC. Dia terlihat kesulitan ketika membuka pintu kecil tempat pipa ac di salurkan. Pak gardu sudah mengirah ngirah bahwa pipa AC bagian tengah yang berada disekitar bagian atas ku ini akan bocor.

Ini sudah sering terjadi. Pak gardu juga sudah melaporkanya ke perusahaan agen bus tempat dia bekerja. Tapi tetap, laporanya tidak di tanggapi respon dari pemilik agen bus itu. Hingga setiap kali ada kebocoran pak gardu harus turun tangan untuk memperbaikinya. Bukan hanya di bagian AC yang bocor pak gardu sudah laporkan. Dibagian cat dan beberapa interior yang buruk juga sudah dia sematkan dalam sebuah kertas laporan putih kepada agen bus tempat dia bekerja. Namun hasilnya sama fifty fifty.

Alasan agen bus itu pun tidak jauh berbeda dari alasan pertama pak garu melapor. Itu sebabnya Pak gardu dan sopir bis selalu kesusahan jika hal ini terjadi. Mereka takut langganan wisata mereka akan memilih pelanggan lain.

Tapi sikap tenang pak gardu membuat semuanya berjalan lancar. Suhu sedikit demi sedikit mulai membaik. Murid yang awalnya tadi protes kini tidur kembali di dekapan bantal yang dia bawah.

Aku membali balik Koran yang diberikan pak gardu saat tadi.

Pak gardu melihat ke arahku sekilas .

Seperti ingin memastikan.

Tapi dihilingkanya wajah serius itu kearah lubang AC yang masih harus dia perbaiki.

Aku melihat tanggal dari Koran itu seperti baru di muat hari ini. Baunya juga seperti baru di cetak.

Sambil membalik balik bosan aku memasang wajah malas dan posisi tubuh seperti ingin merosot kebawah lantai.

Aku balik halaman satu persatu mulai dari halaman satu…

Setelah itu halaman dua…

Halaman tiga…

Empat…

Lima…

6….

Tujuh…

Delapan—

Dan—

Apa..?

Aku terhenti di halaman itu.

“ Eh— “ aku membaca isi Koran itu dengan wajah yang penasaran. Seperti isi berita dari Koran itu tidak asing.

“ 7 hari yang lalu ? itu sama halnya seperti hari dimana Hanji. Eh— lalu .”

“_SSSSrRRekksss..”

Tiba tiba pak gardu mengambil kembali Koran yang dia berikan kepadaku secara paksa.

“ Sudah selesai dek AC nya. Sudah tidak bocor lagi.’ Dia tersenyum di buat buat seperti ingin memalingkan suasana seriusku dalam membaca koran yang dia berikan.

Seketika pak gardu berjalan tunggang langgang untuk kembali ketempat duduk dia semula. Setelah itu aku tidak peduli lagi dengan bayangan wajah yang di berikan pada saat tadi.

Sekarang aku membuat posisi menumpuk diatas kaki kasuhi yang sedang tertidur pulas. Kepalaku menjorok ke tengah bis dan aku melihat kearah katsu dan hanji yang tidur duduk berdampingan di kursi paling belakang.

Perasan seriusku timbul lagi. Seperti kertas putih yang terdapat coretan kegelisahan di setiap sisi halusnya.

Aku teringat akan kejadian kenapa mereka memilih tempat duduk yang paling belakang yang jelas-jelas sedikit jauh dari AC bus. Dan jugatidak ada sandaran di depanya.

Kalian tahukan sandaran yang aku maksud. Setiap kursi yang sejajar kebelakang selalu terdapat sandaran kursi lain didepanya. Seperti halnya aku yang duduk di kursi bagian kiri bis ini. bagian sandaran kursi ku yaitu kursi manda yang berada di depanku. Sedangkan kasuhi mendapat bagian sandaran kursi mona yang berada di depanya.

Apa yang mereka inginkan sehingga memilih tempat duduk disana? Apa mereka ingin sedikit menjauhiku karena takut aku akan bertanya aneh seperti kepada teman teman yang lain saat tadi. Apa mereka tersinggung.

Aku tdak terlalu memikirkan hal itu saat ini. Yang aku pikirkan kenapa mereka memilih posisi paling belakang padahal mereka mendapat urut nomer paling depan di kursi bus ini.

Aku semakin penasaran saat melihat ke wajah mereka.

Dan tiba tiba …

“JdUUUKKK..

Kasuhi mengangkat kakinya refelk dan membuat ku terbentur ke kursi mona dengan keras.

“ Ehh ada apa?.” Mona terkejut karena benturan tadi. Dia melihat kami dari arah samping kanan kursinya.

“ Si beracun berulah lagi.” Manda juga ikut melihat dengan wajah menakutkanyai.

Saat mereka melihatku diposisi seperti ini. Mereka terdiam sejenak.

Aku merasakan perasaan aneh dengan serangan tidak langsung dari tatapan mereka.

“ Eh kau Homo kah ? .” Manda dengan mulut kejamnya tiba tiba menyerukan suara terlebih dahulu.

“ HEEE Mandaa..! .” Secepat kilat mona menutup mulut manda dengan tangan kirinya.

Aku masih kebingungan kenapa Manda berkata seperti itu. Aku mulai memperhatikan situasiku sekarang.

“HHHAAAHH..!! ini bukan seperi itu..”

Aku tersadar akan posisiku dan hanji yang saling menumpuk.

“ Tidak apa – apa Errr, Manda hanya bercanda.” Mona tersenyum terpaksa lagi.

“ Jangan langsung percaya.” Wajahku pucat karena malu.

“ Tenang –tenang … kami akan menjaga rahasia ini.”  Manda berkata seperti dia tahu rahasia kami.

“ Ehh AHhhhhhHHH…  Bukan begituuuuuuuuuuuuuuu!!!!!!.”

Aku akhirnya menyerah dengan mereka. Mona dan Manda tertawa dengan manis.…


0 comments:

Post a Comment